Langsung ke konten utama

PENYIMPANAN ARSIP DAN DOKUMENTASI



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Sistem Penyimpanan (filling system)
Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan dokumen agar kemudahan kerja penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan dokumen yang sudah disimpan dapat dilakukan dengan cepat bilamana dokumen tersebut sewaktu-waktu dibutuhkan.[1]Sistem penyimpanan pada prinsipnya adalah menyimpan berdasarkan kata tangkap (caption) dari dokumen yang disimpan baik berupa huruf maupun angka yang disusun menurut urutan tertentu.

B.   Sistem-Sistem Penyelenggaraan Filling
Ada 5 dasar pokok sistem penyimpanan yang dapat digunakan[2], yaitu:
1.   Sistem Abjad
2.   Sistem Subyek
3.   Sistem Geografis
4.   Sistem Nomor
5.   Sistem Kronologis

1.   Sistem Abjad
Sistem abjad atau bisa juga disebut sistem alfabetik adalah suatu sistem untuk menyimpan dokumen berdasarkan susunan abjad dari kata tangkap (nama) dokumen bersangkutan yaitu menyusun subyek itu dalam urutan A sampai Z.[3] Sistem ini adalah yang paling umum digunakan dalam lingkungan organisasi, hal ini karena kemudahan pelaksanaannya.
Abjad yang di pergunakan adalah abjad huruf pertama dari suatu nama setelah nama-nama itu di indeks menurut aturan atau ketentuan yang berlaku untuk masing-masing nama. Setelah nama-nama tersebut di indeks barulah di susun menurut susunan abjad. Peraturan atau filling tersebut merupakan standar peraturan-peraturan yang ditentukan oleh organisasi, sehingga semua anggota organisasi harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan.
Sistem penyimpanan arsip menurut abjad dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara[4]:
a)        Menurut susunan abjad huruf demi huruf istilah-istilah atau nama-nama yang terdiri dari 2 (dua) kata atau lebih dianggap satu kata. Misal:
§  Gunung Merapi menjadi Gunungmerapi. 
§  Sinar harapan menjadi Sinarharapan.
b)        Menurut susunan abjad kata demi kata. Dalam susunan abjad kata demi kata, nama-nama yang terdiri dari 2 (dua) kata atau lebih, ditulis menjadi satu. Masing-masing kata berdiri sendiri. Misal:
                  ·         Jakarta Utara
                  ·         Banjar Negara
Sistem abjad umumnya dipilih sebagai sistem penyimpanan arsip, karena:
1.   Nama biasanya sebagai rujukan pertama dalam pencarian dokumen. Sehingga dokumen-dokumen cenderung dicari atau diminta melalui nama orang atau lembaga.
2.   Dokumen-dokumen dari nama yang sama akan berkelompok di bawah satu nama dan satu tempat.
3.   Dokumen berasal dari banyak koresponden dengan nama yang bervariasi.
4.   Nama lebih mudah diingat oleh siapapun.
Keuntungan pemakaian sistem penyimpanan abjad adalah:
1.   Pemahaman serta kegiatannya mudah dan sederhana.
2.   Susunan guide dan folder sederhana.
3.   Dokumen yang berasal dari satu nama yang sama akan berkelompok menjadi satu.
4.   Mudah dikerjakan dan cepat di dalam penemuan.
Kerugian dari sistem penyimpanan abjad:
1.   Pencarian dokumen untuk nama orang tidak dapat dilakukan melalui bagian mana yang lain seperti nama depan atau panggilan, tetapi harus melalui belakang.
2.   Surat-surat atau dokumen-dokumen yang ada hubungannya satu sama lain tetapi berbeda nama pengirimnya akan berbeda letak di dalam penyimpanan.
3.   Harus mempergunakan peraturan mengindeks, sehingga diperukan pemahaman tentang peraturan mengindeks.
2.   Sistem Subyek
Sistem subyek adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada isi dari dokumen bersangkutan.[5] Isi dokumen sering juga disebut perihal, pokok masalah, permasalahan, masalah, pokok surat, atau subyek. Dengan kata lain sistem ini merupakan suatu sistem penyimpanan dokumen yang didasarkan pada isi dokumen dan kepentingan dokumen.
Dalam pelaksanaan penyimpanan arsip ini, seorang arsiparis harus dapat menentukan lebih dahulu masalah-masalah apa yang menjadi fokus atau yang dipermasalahkan dalam surat setiap harinya. Masalah-masalah tersebut dikelompokkan menjadi satu subjek. Misal: masalah-masalah yang berkenaan dengan keuangan dikelompokkan menjadi satu masalah pokok ( subjek ) di bawah keuangan, dan seterusnya. Selanjutnya masalah-masalah itu dijadikan sub subjek  dari pokok masalah ( subjek ) misalnya Keuangan: bonus haji, hadiah tahun baru, lembur, dan seterusnya.
Contoh yang agak gampang dari penggunaan sistem subyek yang sederhana adalah file (almari arsip) pribadi seorang dosen. Di sini surat-surat dikumpulkan di dalam map-map yang diberi label menurut subyek masing-masing, misalnya: Jadwal, Kurikulum, Laporan, Nilai, Penasehat Akademik, Skripsi, Soal Ujian, Surat Keputusan dan lain-lain.[6]
Kelebihan sistem subyek:
1.   Mudah mencari keterangan bila perihalnya saja yang ingin diketahui.
2.   Dapat dikembangkan dengan tidak terbatasnya judul dan susunannya.
Kelemahan sistem subyek:
1.   Sulit mengklasifikasikan apabila terdapat aneka ragam perihal yang hampir sama. Padahal berbeda satu sama lain.
 2.   Kurang cocok untuk bermacam jenis surat.[7]
3.   Sistem Geografis
Sistem geografis adalah sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kepada pengelompokan menurut nama tempat atau wilayah. Sistem ini sering disebut juga sistem lokasi atau sistem nama tempat.[8]
Sistem ini timbul karena adanya kenyataan bahwa dokumen-dokumen tertentu lebih mudah dikelompokkan menurut tempat asal pengirimnya atau nama tempat tujuan. Dalam pelaksanaannya, yang harus dilakukan adalah menentukan satuan daerah kemudian disusun menurut abjad agar mempercepat penemuannya kembali.
Contoh: berdasarkan Ibukota Provinsi: Ambon, Banda Aceh, Bandung, Banjarmasin, Bengkulu, Denpasar, Dili, dan seterusnya.
Keuntungan dari sistem geografis:
1.   Mudah dan cepat dalam penemuan bila nama tempat telah diketahui.
2.  Merupakan suatu tindakan penyimpanan secara langsung, tanpa adanya rujukan atau bantuan indeks.
Kerugian dari sistem geografis:
1.   Kemungkinan terdapat kesalahan bila tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pembagian wilayah.
2.   Diperlukan indeks yang tepat dan teliti. Diperlukan kerja tambahan karena pemakai harus menyusun dua berkas yaitu berkas berdasarkan geografi dan berkas abjad untuk indeks.
3.   Bila terjadi alamat ganda diperlukan petunjuk silang.

4.   Sistem Nomor
Sistem penyimpanan dokumen yang berdasarkan kode nomor sebagai pengganti dari nama-nama orang atau nama badan disebut sistem nomor (numeric filing system).[9] Hampir sama dengan sistem abjad yang penyimpanan dokumen didasarkan pada nama, sistem nomor pun penyimpanan dokumen berdasarkan nama, hanya di sini diganti dengan kode nomor. Nomor yang digunakan pada sistem penyimpanan ini diberikan pada arsip untuk mengenali lokasi arsip tersebut di dalam tempat penyimpanan. Arsip disimpan berdasarkan nomor dalam susunan ascending (dari nomor yang terkecil ke nomor yang terbesar).[10]
Seorang arsiparis harus lebih dahulu membuat daftar kelompok masalah-masalah seperti sistem subyek, baru kemudian di berikan nomor di belakangnya. Misalnya:
Kepegawaian              14
Cuti                             14,1
Kenaikan pangkat       14,2
Lamaran                      14,3
Seorang arsiparis dapat mengembangkan nomor-nomor ini menjadi pembagian yang lebih ke dalam desimal, seperti 14.1,14.2,14.3, dan seterusnya. dan menunjukkan nomor dari masing-masing masalah. Daftar ini di sebut dengan kartu indeks. Selanjutnya juru arsip memproses menurut nomor-nomor yang telah ditentukan dalam kartu indeks ini.
Keuntungan sistem nomor:
1.   Teliti, karena penggunaan nomor tidak mungkin adanya nomor ganda.
2.   Kode nomor dapat disamakan untuk semua unit kerja.
3.   Perluasan nomor tidak terbatas.
Kerugian sistem nomor:
1.   Kearsipan tidak langsung karena untuk dapat menemukan dokumen diperlukan alat bantu berupa indeks nomor.
2.   Untuk map campuran diperlukan file tersendiri.
3.   Indeks disusun harus mengikuti ketentuan peraturan mengindeks.

5.   Sistem Kronologis
Sistem ini dipergunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang disusun menurut urutan tanggal dari datangnya surat atau bahan-bahan itu.[11]
Surat-surat atau bahan yang datangnya lebih akhir akan ditempatkan pada tempat yang paling depan, tanpa melihat masalah atau perihal surat. Selanjutnya arsiparis akan mengelompokan surat-surat atau bahan-bahan yang di file dalam bulan-bulan setiap tahunnya. Dalam penyimpanan sistem tersebut menpunyai kegunaan tersendiri dan tidak dapat dikatakan bahwa sistem yang satu lebih baik dari sistem yang lain.
Sistem penyimpanan kronologis ini cukup banyak digunakan, akan tetapi dalam perkembangannya, sistem ini kurang efektif apabila digunakan dalam mengelola dokumen yang banyak. Biasanya sistem ini digunakan dalam kantor kecil yang menggunakan pencatatan dokumen masuk dengan buku agenda. 
Kelebihan Sistem Kronologis yaitu :
  1. Sangat cocok untuk unit pengolah yang kegiatannya berkaitan dengan tanggal jatuh tempo
  2. Sangat mudah diterapkan.
  3. Sederhana
 Kekurangan Sistem Kronologis:
  1. Tidak cocok untuk organisasi besar
  2. Akan terjadi kesulitan dalam penemuan kembi arsip apabila peninjam menyebutkan masalah / perihal arsip tersebut
  3. Orang sering lupa dengan tanggal surat terutama tanggal penyimpanan
  4. Tidak semua unit pengolahan dalam organisasi itu cocok menetapkan system ini
  5. Agar mudah mengatur letak arsip dalam folder maka pembuatan kode tidak dapat murni 100% tetapi harus ditambahkan dengan kode abjad[12]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sistem penyimpanan adalah sistem yang dipergunakan pada penyimpanan dokumen yang sangat erat hubungannya dengan  penenmuan kembali arsip. Oleh karena itu sistem penyimpanan arsip harus sesuai dengan lingkungan oranisasi.
Sistem penyimpanan yang dapat digunakan[13], yaitu:
1.   Sistem Abjad
2.   Sistem Subyek
3.   Sistem Geografis
4.   Sistem Nomor
5.   Sistem Kronologis








DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Zulkifli. 1988. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Gramedia
Bartos, Basir. 2003. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Bumi Aksara
Manajemen Kearsipan
Sugiarto, Agus dan Teguh Wahyono. 2005. Manajemen Kearsipan Modern. Yogyakarta: Gava Media
http://adytsa.blogspot.com/kearsipan/21-03-2014/16:07
http://anugerahdino.blogspot.com/2014/01/penyimpanan-arsip-sistem-subyek.html?m=1
http://wi2andriani.wordpress.com/2011/07/24/sistem-kearsipan-kronologis-chronological-system/



















[1] Agus Sugiarto, S.Pd, Teguh Wahyono, S.Kom, Manajemen Kearsipan Modern (Yogyakarta: Gava Media, 2005). Hal. 51
[2] Drs. Basir Barthos, Manajemen Kearsipan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Hal. 44
[3] Op.cit., Hal. 44
[4] http://adytsa.blogspot.com/kearsipan/21-03-2014/16:07
[5] Op.cit., Hal. 57
[6] Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan, (Jakarta: Gramedia, 1988). Hal. 149
[7] http//:anugerahdino.blogspot.com/2014/01/penyimpanan-arsip-sistem-subyek.html?m=1
[8] Op.cit., Hal. 55
[9] Op.cit., Hal. 63
[10] Manajemen Kearsipan, hal. 47
[11] Op.cit., Hal. 47
[12] http://wi2andriani.wordpress.com/2011/07/24/sistem-kearsipan-kronologis-chronological-system/
[13] Drs. Basir Barthos, Manajemen Kearsipan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Hal. 44

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ANALISIS KEBUTUHAN PELESTARIAN BAHAN PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang             Sumber daya yang paling penting dari sebuah perpustakaan adalah koleksi bahan pustaka. Tanpa koleksi-koleksi tersebut, perpustakaan tidak berarti apa-apa sehingga perpustakaan mempunyai tanggung jawab untuk mengelola koleksi tersebut dengan cara mengolah, melayankan dan merawat koleksinya serta memperbaiki kerusakan yang terjadi.             Langkah pertama yan penting dalam menentukan strategi pengelolaan sebuah perpustakaan adalah suatu penilaian atau analisis terhadap berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pelestarian dan perawatan koleksi. Suatu penilaian harus mencakup lingkungan perpustakaan dengan mempertimbangkan aspek fisik dan aspek organisasi perpustakaan.             Analisis kebutuhan pelestarian bahan perpustakaan tumbuh dari survei ...